RSS

titrasi asam dan basa


ANALISA TENTANG PROSES TITRASI (VOLUMETRI)
PADA ASAM CUKA (CH3 COOH)





Makalah



disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Analitik





oleh

Noviyanti Sarapina    1106103040018
Septina maulia putri 1106103040006
Meutia syahana       1106103040070
Oka munira            1106103040090
Intan mustika         1106103040002






 















FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang dari IPA. Belajar IPA, termasuk kimia berarti mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan objek alam semesta, makhluk hidup dan tak hidup, dan materi dengan segala perubahan yang menyertainya. Dalam pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan kimia dibangun dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produk-produk ilmiah kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori. Dengan demikian mempelajari kimia berarti harus mencakup kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses.
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dgn konsentrasi yg diketahui dan diperlukan utk bereaksi secara lengkap dg sejumlah contoh tertentu yg akan di analisis.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen.
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa:
1.  Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
      membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
     tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
    dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
    inilah titrasi kita hentikan.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

1.2 Masalah
        Adapun masalah pada pembahasan ini adalah ;
1.     Bagaimana cara mengetahui proses titrasi (volumetri) pada asam cuka ( CH3 COOH).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada pembahasan ini adalah;
1.     Menentukan kadar asam asetat dalam cuka makan dengan cara menstandardisasi larutan cuka dengan larutan standar NaOH.



















BAB II
DASAR TEORI
          “Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau aside alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, kedalam larutan asam dengan volume tertentu yang terletak dalam labu Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya warna indikator”.( 2004 : 131, Sudarmo ).
          “Pada titik ekivalen jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya. Macam-macam indikator yang kita pilih harus sedemikian, sehingga titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir titrasi telah tercapai. Jadi, titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen”. (2012 : 19, Penuntun Praktikum).
          Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan banyak digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
a A + b B hasil reaksi
dimana :
A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan B.

Volumetri (titrasi) dilakukan dengan menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui apakah telah mencapai reaksi yang sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi. Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :
                                                                    VA  x NA
N B =
                                                                    VB




Dimana :
 NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VA  = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA  = konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
VA  = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatip
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
               
perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu :
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standar primer. Sedang larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer”(Adam Wiryawan, dkk. 2007 : 13).
          Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:
·        keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
·        sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
·        reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap  banyak logam seperti besi, magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat”. (Hiskia Achmad, 2001 : 234).










BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
1.     Statif


http://dc352.4shared.com/doc/WDRW0GJh/preview_html_m5f2bbd79.png
 
Fungsi : Merangkai Peralatan Laboratorium, seperti titrasi.





2.     Klem
     Fungsi :
-         Untuk menjepit buret dalam proses titrasi
-         Menjepit destilator untuk penentuan kadar air secara destilasi
-         Menjepit kondensor pada proses pemanasan dengan pendingin balik

3.    Ring
http://dc352.4shared.com/doc/WDRW0GJh/preview_html_m4711305e.pngFungsi :
Alat ini biasa digunakan untuk menjepit corong pemisah dalam proses pemisahan cairan atau untuk menyimpan corong pada saat proses penyaringan.


4.    Buret
Fungsi : untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi.




5.    Erlenmeyer


 
Fungsi : untuk mengukur dan mencampur bahan-bahan analisa.







6.    Corong
Fungsi : untuk memasukan atau memindah larutan ai satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saing pada bagian atas.




3.2 Bahan
Bahan yang digunakan :
1.     Larutan CH3COOH
2.    23-66de8e0445.jpgLarutan NaOH
3.    Indikator Fenoftelin

RANGKAIAN ALAT TITRASI
Keterangan
1.     Statif
2.    Klem
3.    Buret
4.    elemeyer










BAB IV
PROSEDUR KERJA
Cara Kerja :
1.     Ambil lah larutan  NaOH dengan gelas kimia dan tuangkanlah larutan  NaOH menggunakan corong ke dalam buret hingga angka nol (0).
2.    Ambillah larutan CH3 COOH  0,1 M sebanyak  20 ml lalu tuangkan ke labu erlenmeyer dan beri 1-2 tetes indikator penolftalein.
3.    Setelah itu buka kran sedikit demi sedikit sehingga  NaOH menetes ke labu erlenmeyer yang berisi CH3COOH  sambil mengguncang-guncangkan labu erlenmeyer tersebut. Hentikanlah tetesan  NaOH sampai warna larutan CH3COOH yang berwarna merah muda tepat menjadi bening.
4.    Catatlah hasil percobaan pertama hingga ketiga, lalu hitunglah volume rata-ratanya.
5.    Hitung kadar (%) asam asetat dalam cuka makan dengan persamaan :

         VNaOH x NNaOH x BE As.asetat x 100%
Kadar asam asetat (%) =
           10,00 / 250,00 x 25,00 x BJ cuka x 1000
Catatan :
BJ cuka = berat / volume












BAB V
KESIMPULAN

1.     Tepat pada saat indikator berubah warna penambahan (titrasi) dihentikan dan di catat sebagai volum titik akhir titrasi
2.     Volum larutan penitrasi yang diperoleh melalui perhitungan secara teoritis disebut titik ekivalen.
3.     Perbedaan volum titik akhir titrasi dengan titik ekivalen disebut kesalahan titrasi.
4.    Ditambah larutan baku agar dapat mengetahui warna pada setiap pH.
5.    Larutan penguji disebut titran CH3 COOH dan  larutan yang di uji disebut penitrat atau titer NaOH
6.    Penambahan larutan PP untuk mengetahui  larutan tersebut asam atau basa pada titik ekivaklen yang di tandai  dengan perubahan warna.
7.    CH3 COOH merupakan asam lemah sehinga larutan bakunya berupa basa kuat yaitu NaOH sehinga disebut dengan adisimetri.



















DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Jakarta: Erlangga.
Laboratorium, Team. 2012. Kimia Larutan. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Sudarmo. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Wiryawan, dkk. 2007. Kimia Analitik . Malang: Departemen Pendidikan Nasional.
















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS